HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya ingin mempersembahkan makalah ini untuk orang yang sangat berarti dalam hidup saya, di antaranya:
1. Untuk kedua orang tua yang banyak membantu memberikan semangat dan selalu mendukung kami baik moril maupun materil.
2. Persembahan kedua ditunjukan kepada mahasiswa dan mahasiswi prodi IPS semester dua dan empat, yang telah memberikan kecerian saat pembuatan makalah ini.
3. Ketiga saya ingin mempersembahkan makalah ini untuk semua yang saya sayangi, teman, sahabat, saudara tanpa terkecuali yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
LEMBARAN UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam pembuatan makalah ini, banyak pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis baik berupa saran, kritik, dorongan maupun bantuan materi dan tenaga.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Ahmad, M.Ag. selaku ketua Yayasan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) AL – AMIN.
Bapak Nanang Fauzi,S.P,M.M selaku dosen mata kuliah Masyarakat Kota dan Desa.
Seluruh Staf dan karyawan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) AL – AMIN.
Orang Tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan moral dan material.
Seluruh Staf dan karyawan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Walini
KATA PENGANTAR
Sholawat serta salam tidak lupa kami sanjungkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang menyempurnakan akhlak kepada kita semua, sehingga kita bisa bersosialisasi dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi penulisan, isi dan lain sebangainnya. Untuk itu, demi kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana ini dapat di terima dan bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnnya. Atas semua ini penulis mengucapkan terima kasih, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah-mudahan mendapat amal baik yang di berikan oleh Allah SWT.
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... i
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................... ii
LEMBAR UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan............................................................................... 1
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ....................................................... 2
1.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 2
BAB II HIPOTESA MASALAH............................................................................. 3
BAB III PEMBAHASAN MASALAH...................................................................... 4
3.1 Pengertian Teh ......................................................................................... 4
3.1.1 Sejarah Teh ................................................................................ 4
3.1.2 Pengolahan teh dan pengelompokan ................................... 7
3.1.3 Ramuan Teh .............................................................................. 9
3.2 Limbah Padat Teh ................................................................................. 11
3.2.1 Pengertian Limbah Padat ........................................................ 11
3.2.2 Pengolahan Limbah Padat Teh .............................................. 12
3.2.3 Manfaat Limbah Padat Teh ..................................................... 15
3.2.4 Produk yang Dihasilkan Limbah Padat Teh ......................... 16
3.3 PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Walini ............................. 17
3.3.1 Sejarah PTPN VIII (Persero) Walini ........................................ 17
3.3.2 Peta konsep PTPN VIII (Persero) Walini ............................... 18
3.3.3 Suasana PTPN VIII (Persero) Walini ..................................... 19
3.3.4 Peta Posisi PTPN VIII (Persero) Walini ................................. 20
3.3.5 Pengolahan Teh Walini ........................................................... 20
3.3.6 Produk Teh Walini ..................................................................... 23
3.4 Sinder ...................................................................................................... 25
3.4.1 Pengertian Sinder ..................................................................... 25
3.4.2 Pembagian Sinder dan Tugasnya ....................................... 26
3.4.3
3.4.4
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 31
4.1 ..... Kesimpulan ............................................................................................... 31
4.2 ..... Saran ........................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.
Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.
Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh.
Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesi. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima di dunia.
PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di wilayah Jawa Barat dari eks PTP XI, PTP XII dan PTP XIII. Perusahaan ini mengelola dan mengembangkan usaha agribisnis dan agroindustri serta usaha-usaha terkait lainnya, dan terus-menerus mempertahankan dan mengembangkan kesinambungan perusahaan yang sehat untuk dapat bersaing di pasar global.
Sebagai salah satu perusahaan BUMN dengan bisnis perkebunan teh terbesar mencapai 26.000 hektar di Nusantara, PTPN VIII juga mengembangkan industri hilir teh dalam kemasan yang diberi merk WALINI. Produk industri hilir teh tersebut masih mencapai 300 ton per tahun dengan omset hingga 3 milyar per tahun dan pemasarannya masih terbatas di Jawa Barat dan sebagian kecil kota-kota besar di pulau Jawa. Namun pada tahun 2009 ini PTPN VIII akan meningkatkan kinerja industri hilir teh milik mereka hingga dua kali lipat atau sebesar 600 ton agar dapat dikenal masyarakat dan bersaing dengan merk swasta yang telah beredar di pasar teh lokal.
Nama Walini yang diproduksi oleh PT Perkebunan Nusantara VIII tersebut diambil dari nama perkebunan Walini di dataran tinggi pegunungan Priangan Jawa Barat. The terbuat dari daun teh pilihan yang dikembangkan tanpa memakai pestisida maupun bahan kimia yang lain dan memenuhi standar Sustainable Agriculture (Rainforest Alliance dan UTZ Certificate) yaitu sebuah lembaga internasional yang berwenang mengeluarkan sertifikasi pertanian organik yang selanjutnya disebut sebagai Teh Walini Organik dan telah memenuhi standart kualitas kesehatan teh international yang dibuktikan dengan memperoleh sertifikasi standar pertanian organik internasional yang diakui dunia.
1.2 Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui Sejarah Teh
2. Mengetahui Sejarah PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Walini.
3. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Walini.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu: Pukul 08.00 s/d selesai
Tempat Pelaksanaan: PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Walini – Ciater Kecamatan Subang, Kabupaten Indramayu.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Mensurvei langsung ke PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Walini – Ciater Kecamatan Subang, Kabupaten Indramayu.
Bertanya kepada Narasumber yang bersangutan yaitu seorang guide di PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Walini – Ciater Kecamatan Subang, Kabupaten Indramayu.
Mencari Data dari Internet
BAB II
HIPOTESA MASALAH
PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di wilayah Jawa Barat. Perusahaan ini mengelola dan mengembangkan usaha agribisnis dan agroindustri serta usaha-usaha terkait lainnya, dan terus-menerus mempertahankan dan mengembangkan kesinambungan perusahaan yang sehat untuk dapat bersaing di pasar global.
Sebagai salah satu perusahaan BUMN dengan bisnis perkebunan teh terbesar mencapai 26.000 hektar di Nusantara, PTPN VIII juga mengembangkan industri hilir teh dalam kemasan yang diberi merk WALINI. Produk industri hilir teh tersebut masih mencapai 300 ton per tahun dengan omset hingga 3 milyar per tahun dan pemasarannya masih terbatas di Jawa Barat dan sebagian kecil kota-kota besar di pulau Jawa.
Nama Walini diproduksi oleh PT Perkebunan Nusantara VIII diambil dari nama perkebunan Walini di dataran tinggi pegunungan Priangan Jawa Barat. Teh terbuat dari daun teh pilihan yang dikembangkan tanpa memakai pestisida maupun bahan kimia yang lain dan memenuhi standar.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Pengertian Teh
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.
Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.
Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh.
Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesi. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima di dunia.
3.1.1 Sejarah Teh
Negeri Cina menjadi tempat lahirnya teh, disanalah pohon teh Cina (Camellia sinensis) ditemukan dan berasal. Tepatnya di provisnsi Yunnan, bagian barat daya Cina. Iklim wilayah itu tropis dan sub-tropis, dimana daerah tersebut memang secara keseluruhan adalah hutan zaman purba. Daerah demikian, yang hangat dan lembab menjadi tempat yang sangat cocok bagi tanaman teh, bahkan ada teh liar yang berumur 2,700 tahun dan selebihnya tanaman teh yang ditanam yang mencapai usia 800 tahun ditemukan ditempat ini.
Legenda menjadi bentuk dokumentasi yang paling tua, dimana diceritakan bahwa Shennong yang menjadi cikal bakal pertanian dan ramuan obat - obatan, juga yang menjadi penemu teh. Dikatakan dalam bukunya bahwa ia secara langsung mencoba banyak ramuan herbal dan menggunakan teh sebagai obat pemunah bila ia terkena racun dari ramuan yang dicoba. Hidupnya berakhir karena ia meminum ramuan yang beracun dan tidak sempat meminum teh pemunah racun menyebabkan organ dalam tubuhnya meradang.
Teh Cina pada awalnya memang digunakan untuk bahan obat – obatan (Abad ke-8 SM), itupun sudah berumur ribuan tahun riwayatnya. Orang – orang Cina pada waktu itu mengunyah teh (770 SM – 476 SM) mereka menikmati rasa yang menyenangkan dari sari daun teh. Teh juga sering kali dipadukan dengan ragam jenis makanan dan racikan sop.
Pada zaman pemerintahan dinasti Han (221 SM – 8 M), teh mulai diolah dengan pemrosesan yang terbilang sederhana, dibentuk membulat, dikeringkan dan disimpan, teh mulai dijadikan sebagai minuman, teh diseduh dan dikombinasikan dengan ramuan lain (misalnya : jahe) dan kebiasaan ini melekat kuat dengan kebudayaan masyarakat Cina. Lebih jauh lagi, teh kemudian digunakan sebagai tradisi dalam menjamu para tamu. Setelah zaman Dinasti Ming, banyak ragam jenis teh kemudian ditemukan dan ditambahkan, teh yang populer nantinya ini banyak dikembangkan di daerah Canton (Guangdong) dan Fukien (Fujian).
Konsumsi budaya Cina akan kebiasaan minum teh pun menyebar, bahkan melekat erat pada setiap lapisan masyarakat.Pada tahun 800 M., Lu Yu menulis buku yang mendefiniskan tentang teh, dengan judul Ch'a Ching. Lu Yu adalah seorang anak yatim yang dibesarkan oleh cendekiawan Pendeta Budha di salah satu Biara terbaik di Cina. Sebagai seorang pemuda, diapun acap kali melawan disiplin pendidikan kependetaan yang kemudian membuatnya memiliki daya pengamatan yang baik, performasinya pun meningkat dari tahun ke tahun, meskipun demikian, ia merasa hidupnya hampa dan tidak bermakna.
Setelah setengah perjalan hidupnya, ia pensiun selama 5 tahun untuk mengasingkan diri. Dengan riwayat hidup dan perjalanan yang pernah disinggahinya, ia mengkondisikan beragam metode dalam bertanam dan mengelola teh zaman Cina Purba.
· Perjalanan Teh ke Jepang
Ternyata Pengaruh Teh Cina menulari Jepang, konsumsi teh menyebar melalui kebudayaan Cina yang akhirnya menjangkau setiap aspek masyarakat. Bibit teh dibawa ke Jepang oleh seorang pendeta Budha bernama Yeisei yang melihat bahwa teh Cina mampu meningkatkan konsentrasi saat bermeditasi. Ia dikenal sebagai Bapak Teh di Jepang, karena asal muasal inilah, teh Jepang erat kaitannya dengan Zen Buddhism. Teh diminati pula dalam kekaisaran Jepang, yang kemudian menyebar dengan cepat di kalangan istana dam masyarakat Jepang.
Teh bahkan menjadi budaya dan bagian dari seni yang dituangkan dalam Japanese Tea Ceremony (Cha-no-yu atau air panas untuk teh). Upacara ini membutuhkan latihan yang panjang, bahkan hingga bertahun – tahun. Performasi dari Cha-no-yu adalah menjungjung tinggi kesempurnaan, kesopanan, pesona dan keanggunan.
· Perjalanan Teh ke Negeri Barat
Budaya mengkonsumsi teh yang sudah dilakukan di Cina dan Jepang ternyata menjadi buah bibir di Eropa. Kelompok kafilah bahkan mendengar bagaimana orang – orang mengkonsumsi teh, dan mendapatkan informasi yang samar, lucunya mereka mendengar bahwa teh di seduh, digarami, diberi mentega dan kemudian dimakan. Orang Eropa yang secara personal menemukan teh dan kemudian menulis tentangnya adalah Jesuit Father Jasper de Cruz pada tahun 1560.
Portugis menjalin hubungan dagang dengan Cina, mengembangkan jalur dagang dengan mengkapalkan teh ke Lisbon dan kemudian kapal – kapal Belanda berangkat ke Perancis, Negeri Belanda dan baltik, teh kemudian semakin populer ke belahan dunia barat.
Teh singgah di Eropa pada zaman Elizabeth I,dan kemudian tren dalam kerajaan Belanda. Teh menjadi minuman yang mahal pada waktu itu (lebih dari $100 per pound-nya), sehingga para pedagang teh mendapatkan kemakmuran darinya. Masyarakat Belanda sangat menggemari teh, dan konsumsi teh pun meningkat pesat, meskipun demikian banyak yang mempertanyakan manfaat teh,dan berbagai dampak negatif lainnya. Apapun itu, masyarakat pada umunya tidak lagi mempermasalahkan/terpengaruh dan kembali menikmati minuman teh ini. Teh menjadi bagian dari masyarakat di Eropa, dan ragam kombinasi konsumsi teh pun dicoba, seperti mencampurkan teh dengan susu. Pada masa itupun layanan teh disajikan pertama kali di restoran. Kedai minuman pun memberikan perkakas teh portabel lengkap disertai alat pemanasnya.
Teh pun sangat populer di Perancis, tetapi tidak berlangsung lama (kurang lebih lima belas tahun), dan kemudian digantikan popularitasnya dengan minuman yang memiliki daya tarik yang lebih kuat seperti anggur, kopi, dan cokelat.
· Teh di Amerika dan Inggris
Pada tahun 1650, orang – orang Belanda sangat aktif dalam perdagangan sampai pada dunia Barat. Peter Stuyvesant yang membawa teh Cina ke Amerika pertama kali untuk koloninya (tempat itu kenal sebagai: New York sampai sekarang).
Teh pertmana kali tiba di Inggris sekitar tahun 1650-an, setelahnya teh menjadi minuman yang sangat populer bahkan dapat dikatakan sebagai minuman nasional masyarakat Inggris.
3.1.2 Pengolahan teh dan pengelompokan
Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.
Pengolahan daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanolyang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik.
Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:
1. Teh putih
Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.
2. Teh hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).
3. Oolong
Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2-3 hari.
4. Teh hitam atau teh merah
Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara hanzi untuk teh bahasa Tionghoa (红茶) atau (紅茶) dalam bahasa Jepang adalah "teh merah" karena air teh sebenarnya berwarna merah. Orang Barat menyebutnya sebagai "teh hitam" karena daun teh berwarna hitam. Di Afrika Selatan, "teh merah" adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis Ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca produksi sesuai standar Orange Pekoe.
5. Pu-erh (Póu léi dalam bahasa Kantonis)
Teh pu-erh terdiri dari dua jenis: "mentah" dan "matang." Teh pu-erh yang masih "mentah" bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan beberapa waktu hingga "matang". Selama penyimpanan, teh pu-erh mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh "matang" dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya menyerupai rasa teh pu-erh "mentah" yang telah lama disimpan dan mengalami proses penuaan alami. Teh pu-erh "matang" dibuat dengan mengontrol kelembaban dan temperatur daun teh mirip dengan proses pengomposan. Teh pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil atau mangkuk. Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang tidak dipres tidak akan mengalami proses pematangan. Semakin lama disimpan, aroma teh pu-erh menjadi semakin enak. Teh pu-erh yang masih "mentah" kadang-kadang disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh pu-erh dibuat dengan merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih seringkali hingga lima menit. Orang Tibet mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula dan garam.
6. Teh Huoshan Huangya, jenis teh kuning
Teh juga sering dikaitkan dengan kegunaannya untuk kesehatan. Teh hijau dan teh pu-erh sering digunakan untuk diet. Orang juga sering menghubung-hubungkan teh dengan keseimbangan yin yang. Teh hijau cenderung yin, teh hitam cenderung yang, sedangkan teh oolong dianggap seimbang. Teh pu-erh yang berwarna coklat dianggap mengandung energi yang dan sering dicampur bunga seruni yang memiliki energi yin agar seimbang.
3.1.3 Ramuan Teh
Sebagian besar merek teh yang dijual di pasaran merupakan hasil ramuan ahli teh yang membuat blend yang unik untuk merek tersebut dari berbagai daun teh yang berbeda. Rasa enak dari teh berkualitas tinggi dan berharga mahal biasanya bisa menutupi rasa teh yang berkualitas rendah, sehingga kualitas teh bisa meningkat dan dapat dijual dengan harga yang lebih pantas. Teh hasil ramuan juga menjaga agar rasa teh yang dimiliki merek tertentu tetap stabil sepanjang masa.
Teh melati dibuat dengan mencampur kuncup melati yang siap mekar. Sebelum dicampur dengan kuncup melati, daun teh mengalami proses pelembaban agar harum melati dapat menempel pada daun teh.
· Komposisi
Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga mengandung kafein (sekitar 3% dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin dan teobromin dalam jumlah sedikit.
· Kemasan
1. Teh celup
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas dengan tali. Teh celup sangat populer karena praktis untuk membuat teh, tetapi pencinta teh kelas berat biasanya tidak menyukai rasa teh celup.
2. Teh saring
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas tanpa tali. Teh saring sangat populer karena praktis untuk membuat teh dalam kuantitas banyak dan menghasilkan lebih pekat dibandingkan teh celup.
3. Teh seduh (daun teh)
Teh dikemas dalam kaleng atau dibungkus dengan pembungkus dari plastik atau kertas. Takaran teh dapat diatur sesuai dengan selera dan sering dianggap tidak praktis. Saringan teh dipakai agar teh yang mengambang tidak ikut terminum. Selain itu, teh juga bisa dimasukkan dalam kantong teh sebelum diseduh. Mangkuk teh bertutup asal Tiongkok yang disebut gaiwan dapat digunakan untuk menyaring daun teh sewaktu menuang teh ke mangkuk teh yang lain.
4. Teh yang dipres
Teh dipres agar padat untuk keperluan penyimpanan dan pematangan. Teh pu erh dijual dalam bentuk padat dan diambil sedikit demi sedikit sewaktu mau diminum. Teh yang sudah dipres mempunyai masa simpan yang lebih lama dibandingkan daun teh biasa.
5. Teh stik
Teh dikemas di dalam stik dari lembaran aluminium tipis yang mempunyai lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai saringan teh.
6. Teh instan
Teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air panas atau air dingin. Pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an tetapi tidak diproduksi hingga akhir tahun 1950-an. Teh instan ada yang mempunyai rasa vanila, madu, buah-buahan, atau dicampur susu bubuk.
3.2 Limbah Padat Teh
3.2.1 Pengertian Limbah Padat
Limbah Padat adalah Hasil Buangan Industri Berupa Padatan, Lumpur Atau Bubur Yang Berasal Dari Suatu Proses Pengolahan (Daryanto, 1995).
· Sumber Limbah Padat antara lain:
1. Pabrik Gula
2. Pabrik Teh
3. Pulp
4. Kertas
5. Rayon
6. Plywood
7. Limbah Nuklir
8. Pengawetan Buah, Ikan, Daging
· Secara Garis Besar, Limbah Padat Terdiri Dari:
1. Limbah Padat Yang Mudah Terbakar
2. Limbah Padat Yang Sukar Terbakar
3. Limbah Padat Yang Mudah Membusuk
4. Lumpur
5. Limbah Yang Dapat Di Daur Ulang
6. Limbah Radioaktif
7. Bongkaran Bangunan
· Dampak Pencemaran Limbah Padat dengan adanya limbah padat dalam lingkungan, maka akan timbul:
1. Gas beracun seperti Asam Sulfida H2S, Amoniak (NH3), Methan (CH4), CO2, CO. Gas ini akan timbul, bila limbah padat ditimbun dan membusuk karena adanya mikroorganisme. Dengan adanya musim hujan dan kemarau, akan terjadi proses pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancur dalam suasana aerob/anaerob.
2. Penurunan kualitas udara. Dalam sampah yang ditumpuk akan terjadi reaksi kimia seperti gas H2S, NH3 methane yang bila melebihi Nilai Ambang Batas akan merugikan manusia, di mana kadar H2S sebesar 50 ppm akan membawa mabuk dan pusing.
3. Penurunan kualitas air. Karena limbah padat biasanya langsung dibuang dalam perairan/bersama-sama air limbah, maka akan menyebabkan air menjadi keruh dan rasanya berubah.
4. Kerusakan permukaan tanah
3.2.2 Pengolahan Limbah Padat Teh
Menurut sifatnya pengolahan limbah padat dibagi menjadi 2 cara, yaitu: Limbah padat tanpa pengolahan dan limbah padat dengan pengolahan
· Limbah padat tanpa pengolahan:
Limbah padat yang tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya, bisa langsung dibuang ke tempat tertentu seperti TPA.
· Limbah padat dengan pengolahan:
Limbah padat yang mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya, harus diolah dahulu sebelum dibuang ke tempat tertentu.
v Mekanisme pengolahan limbah
· Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Mengolah Limbah Padat
1. Jumlah limbah
· sedikit: mudah ditangani sendiri
· banyak: membutuhkan penanganan khusus (tempat dan sarana pembuangan)
2. Sifat fisik dan kimia limbah
· Sifat fisik: mempengaruhi pilihan tempat pembuangan, sarana pengangkutan dan pilihan pengolahan.
· Sifat kimia dari limbah padat akan merusak dan mencemari lingkungan dengan cara membentuk senyawa baru.
3. Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan
Karena lingkungan ada yang peka/tidak peka terhadap pencemaran, maka perlu diperhatikan:
· Tempat pembuangan akhir (TPA)
· Unsur yang akan terkena
· Tingakat pencemaran yang akan timbul
4. Tujuan akhir dari pengolahan
Tujuan pengelolaan yang bersifat ekonomis: Meningkatkan efisiensi pabrik secara menyeluruh dan mengambil kembali bahan yang masih berguna untuk didaur ulang/dimanfaatkan lain.
Tujuan pengelolaan yang bersifat non-ekonomis: Untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.
v Proses Pengolahan Limbah Padat
1. Pemisahan
· Karena limbah padat terdiri dari: ukuran yang berbeda dan kandungan bahan yang berbeda maka harus dipisahkan dahulu, supaya peralatan pengolahan menjadi awet.
Pemisahan ada 3 sistem, yaitu:
· Sistem balistik: adalah sistem pemisahan untuk mendapatkan keseragaman ukuran/berat volume
· Sistem gravitasi: adalah sistem pemisahan berdasarkan gaya berat. Misal : barang yang ringan/terapung dan barang yang berat/tenggelam
· Sistem magnetis: adalah sistem pemisahan berdasarkan sifat magnet, yang bersifat magnet akan langsung menempel. Misal: untuk memisahkan campuran logam dan non logam
2. Penyusutan Ukuran
Penyusutan ukuran dilakukan untuk memperoleh ukuran yang lebih kecil, supaya pengolahannya menjadi mudah.
3. Pengomposan
Pengomposan dilakukan terhadap buangan/ limbah yang mudah membusuk, sampah kota, buangan atau kotoran hewan ataupun juga pada lumpur pabrik. Supaya hasil pengomposan baik, limbah padat harus dipisahkan dan disamakan ukurannya/volumenya.
4. Pembuangan limbah
a. Pembuangan di laut
Pembuangan limbah padat di laut tidak boleh dilakukan di sembarang tempat dan perlu diingat bahwa tidak semua limbah padat dapat dibuang ke laut. Hal ini disebabkan:
· Laut sebagai tempat mencari ikan bagi nelayan
· Laut sebagai tempat rekreasi dan lalu-lintas kapal
· Laut menjadi dangkal
· Limbah padat yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya (misal: limbah B3 /limbah radioaktif), dapat membunuh biota laut
b. Pembuangan di darat/di tanah
Untuk pembuangan di darat, perlu dilakukan pemilihan lokasi yang harus dipertimbangkan sebagai berikut:
· Pengaruh iklim, temperatur dan angin
· Struktur tanah
· Jaraknya harus jauh dengan pemukiman
· Pengaruh terhadap sumber air, perkebunan, perikanan peternakan, flora atau fauna.
Jadi: Pilih lokasi yang benar-benar tidak ekonomis lagi untuk kepentingan apapun
Pembuangan di darat/tanah dibagi:
· Penebaran di atas tanah
· Penimbunan/penumpukan
· Pengisian tanah yang cekung (landfill)
3.2.3 Manfaat Limbah Padat Teh
Teh merupakan salah satu jenis bahan minuman yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Menurut data dari Kemendag (2012), berdasarkan pertemuan pelaku industri dan pedagang teh diketahui, total produksi teh di Indonesia sekitar 150 ribu ton per tahun dimana sekitar 75 ribu ton teh produksi dalam negeri diekspor.
Sejalan dengan perkembangan perdagangan internasional dan meningkatnya masalah di bidang lingkungan, saat ini konsumen di berbagai negara telah mempertimbangkan aspek lingkungan terhadap barang yang akan dibeli, disamping persyaratan mutu, harga dan ketepatan waktu pengiriman. Beberapa contoh kasus misalnya, terungkap bahwa 40% konsumen Amerika Serikat sadar akan pentingnya sertifikasi ekolabel, dan mereka bersedia membayar 12,5% lebih mahal. Salah satu cara untuk mendukung program tersebut adalah dengan menerapkan produksi bersih.
Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah pada pencegahan terpadu yang diterapkan pada seluruh siklus produksi. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas melalui efesiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi dan air, menjaga kualitas lingkungan melalui pengurangan sumber penghasil limbah atau emisi, serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan dalam mendukung produksi bersih di Industri teh adalah pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Secara umum proses produksi teh meliputi pelayuan, penggilingan, oksidasi (fermentasi), pengeringan dan pengemasan. Di dalam setiap proses produksi teh menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah padat, limbah cair dan emisi.
Limbah padat dari industri teh berasal dari ampas teh yang merupakan sisa dari tiap tahapan proses produksi. Limbah cair berasal dari sisa-sisa pencucian alat-alat yang digunakan selama proses pencucian yang biasanya menggunakan soda api. Limbah emisi berasal dari heat exchanger yang terdapat di bagian proses pelayuan dan pengeringan. Sedangkan pada industri minuman teh botol, limbah padat berupa ampas teh berasal dari sisa proses penyeduhan teh.
3.2.4 Produk yang Dihasilkan Limbah Padat Teh
Limbah padat industri teh ternyata dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain menjadi bahan baku pembuatan papan partikel dan pupuk organik.
1. Pupuk Organik
Ampas teh yang akan dijadikan pupuk tanaman, diproses melalui pengolahan secara termofil. Caranya, ampas teh dari sisa penyeduhan di letakkan pada bak atau tempat khusus yang telah disediakan, kemudian dan didinginkan selama satu hari. Mikroorganisme ditambahkan untuk mempercepat proses penguraian dan dilanjutkan dengan proses pembalikan dalam seminggu sekali. Kompos siap digunakan setelah proses fermentasi berlangsung selama kurang lebih satu bulan.
2. Papan Partikel
Selain dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pupuk organik dan papan partikel, ampas teh juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif adsorben pada limbah cair industri tekstil. Menurut Retnowati (2005), zat warna dalam limbah cair industri tekstil mengandung logam berat, seperti zat warna amaran yang mengandung merkuri, arsenat, timah, serta kadmium dengan konsentrasi satu sampai sepuluh ppm.
Selain itu limbah cair industri tekstil juga mengandung biru metilen dimana dalam dosis tinggi dapat menyebabkan mual, muntah, nyeri pada mulut dan dada, sakit kepala, keringat berlebihan, dan hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan ampas teh dapat digunakan sebagai adsorben larutan amaran dan biru metilen untuk mengganti karbon aktif yang cenderung memakan biaya lebih besar.
Hasil penelitian lain yang membanggakan terhadap limbah teh adalah limbah teh hitam dapat menurunkan produksi gas metan hasil fermentasi ternak sapi perah atau sapi potong. Limbah teh tersebut digunakan sebagai bahan campuran makanan ternak. Senyawa tanin di dalam ampas teh hitam mampu menghambat metabolisme dan menurunkan jumlah protozoa diikuti penurunan produksi gas metan namun tidak berpengaruh pada kadar protein mikrobia, sehingga dapat meningkatkan produktivitas peternakan.
3.3 PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Walini
3.3.1 Sejarah PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Walini
PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di wilayah Jawa Barat dari eks PTP XI, PTP XII dan PTP XIII. Perusahaan ini mengelola dan mengembangkan usaha agribisnis dan agroindustri serta usaha-usaha terkait lainnya, dan terus-menerus mempertahankan dan mengembangkan kesinambungan perusahaan yang sehat untuk dapat bersaing di pasar global.
Sebagai salah satu perusahaan BUMN dengan bisnis perkebunan teh terbesar mencapai 26.000 hektar di Nusantara, PTPN VIII juga mengembangkan industri hilir teh dalam kemasan yang diberi merk WALINI. Produk industri hilir teh tersebut masih mencapai 300 ton per tahun dengan omset hingga 3 milyar per tahun dan pemasarannya masih terbatas di Jawa Barat dan sebagian kecil kota-kota besar di pulau Jawa. Namun pada tahun 2009 ini PTPN VIII akan meningkatkan kinerja industri hilir teh milik mereka hingga dua kali lipat atau sebesar 600 ton agar dapat dikenal masyarakat dan bersaing dengan merk swasta yang telah beredar di pasar teh lokal.
Nama Walini yang diproduksi oleh PT Perkebunan Nusantara VIII tersebut diambil dari nama perkebunan Walini di dataran tinggi pegunungan Priangan Jawa Barat. The terbuat dari daun teh pilihan yang dikembangkan tanpa memakai pestisida maupun bahan kimia yang lain dan memenuhi standar Sustainable Agriculture (Rainforest Alliance dan UTZ Certificate) yaitu sebuah lembaga internasional yang berwenang mengeluarkan sertifikasi pertanian organik yang selanjutnya disebut sebagai Teh Walini Organik dan telah memenuhi standart kualitas kesehatan teh international yang dibuktikan dengan memperoleh sertifikasi standar pertanian organik internasional yang diakui dunia.
3.3.2 Peta konsep PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Walini.
Perkebunan Ciater merupakan kebun teh seluas 3.000 Ha yang dikelola oleh PTPN VIII. Selain Kebun Ciater, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia ini mengelola 23 perkebunan teh lainnya dengan total lahan 25.905,3 Ha. Kebun-kebun teh ini tersebar di 6 kabupaten yakni Sukabumi (2 perkebunan), Bogor (2 perkebunan), Cianjur (3 perkebunan), Subang (2 perkebunan), Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat (12 perkebunan), dan Kab. Garut (3 perkebunan). Selain teh, PTPN VIII mengelola komoditas lain yakni karet, kina, kakao, kelapa sawit, dan getah perca.
Saat menjajah Indonesia, Belanda membudidayakan tanaman teh, selain kopi dan kina yang sudah ada lebih awal. Teh baru mereka budidayakan pada tahun 1915. Area yang luas dan produksi yang melimpah membuat Belanda pada tahun 1920-1922an mulai mendirikan pabrik untuk pengolahan teh di tiap perkebunan yang ada di Jawa Barat. Pabrik teh Ciater didirikan pada tahun 1934 dan mulai dioperasikan 3 tahun kemudian dengan kapasitas olah awal ± 900 ton teh kering setahun.
Indonesia merdeka, semua peninggalan Belanda diambil alih oleh Inggris. Setelah Inggris hengkang barulah semua aset diambil oleh Bangsa Indonesia. Perkebunan lalu dikelola oleh perusahaan yang diberi nama PTP.XIII. Dengan produksinya yang melimpah, proses pengolahan tidak berjalan dengan baik. Maka pada tahun 1990 dibangunlah pabrik dengan kapasitas pengolahan yang lebih banyak (± 60-70 ton/hari basah).
Perkebunan Ciater melakukan pemetikan dengan proses mesin. Menurut Pak Eep, awalnya mereka juga melakukan pemetikan manual. Namun seiring banyaknya permintaan dan melimpahnya produksi, pemetikan pun dilakukan menggunakan mesin. Berhubung Perkebunan Ciater hanya memproduksi teh hijau dan teh merah/hitam, pemotongan hanya dilakukan berjenjang dua. Mulai pucuk hingga daun kelima atau sekitar 10 cm masuk area potong teh hijau. Selebihnya, hingga senti ke-20 adalah teh merah/hitam. Mengapa Perkebunan Ciater tak memproduksi teh putih? Sebetulnya memproduksi tapi sangat terbatas. White tea atau teh putih diproduksi dari pucuk daun teh yang masihbergulung. Menurut Eep, dalam satu kali panen tak sampai menghasilkan sekilo pucuk. Bahkan sering tak mencapai berat 2 ons. Karena itu sejauh ini hanya melayani permintaan dalam negeri. Satu kilo teh putih di pasaran nasional saat ini dijual dengan harga Rp 2,5 juta.
3.3.3 Suasana PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Walini
Pabrik ini dibangun di atas tanah seluas 20.000 m3 dengan ketinggian ± 1050 m dpl dan suhu rata-rata 18 -25°C. Lahan kebun teh di Indonesia ada di kisaran 400 hingga 1200 m dpl. Seperti diketahui, semakin tinggi area kebun maka aroma teh akan semakin wangi.
Perkebunan Ciater terletak di kaki gunung Tangkuban Parahu diantara Jalan Raya Subang Bandung. Pada bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung terletak di daerah Wates Tangkuban Parahu. Sedangkan sebelah utara terletak di Kecamatan Serangpanjang antara jalur Jalan Raya Cagak dan Wanayasa.
3.3.4 Peta Posisi PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Walini
3.3.5 Pengolahan Teh Walini
1. Proses pelayuan
Pelayuan. Daun teh segar yang telah dipetik dilayukan dengan melakukan pemanasan agar kadar air yang terkandung berkurang 65-70 persen. Pemanasan dilakukan dengan mengalirkan udara panas (bisa juga dijemur). Hal ini dilakukan agar daun teh dapat digiling dengan baik.
2. Penggilingan
Daun teh yang telah dilayukan masuk pada tahap penggilingan. Pada tahap ini, daun teh digiling untuk memecah sel-sel daun. Pemecahan daun teh disesuaikan dengan kebutuhan atau permintaan pasar. Daun teh ada yang digiling kasar dan ada yang digiling sampai menjadi serbuk.
3. Pengayakan
Di sini dilakukan pemisahan bagian yang halus (bubuk) dan bagian yang kasar sehingga diperoleh bubuk yang seragam, supaya hasil fermentasi sempurna dan pengeringan dapat merata
4. Fermentasi
Tahap ini adalah untuk memperoleh aroma, rasa dan warna air seduhan seperti yang dikehendaki, sebagai akibat reaksi kimia yang terjadi selama fermentasi.
5. Pengeringan
Pasca fermentasi dilakukan pengeringan dengan mesin agar suhu yang dihasilkan stabil dan menghasilkan kualitas teh yang baik. Pengeringan dilakukan dengan suhu sekitar 90-120°C kurang lebih selama 20 menit sampai kadar air dalam daun teh mencapai 2-3 persen. Pada proses ini sekaligus juga mematikan kuman, mengingat daun teh yang diolah tidak melewati proses pencucian.
6. Sortasi
Tahap ini adalah untuk klasifikasi jenis dan mutu teh kering. Dilakukan pembersihan teh kering dari potongan serat dan batang, dan memisahkan jenis-jenis mutu teh sesuai ukuran yang dikehendaki pasar, apakah akan jadi teh celup, teh saring, teh seduh, dsb.
Sebanyak 90 persen teh produksi Perkebunan Ciater diekspor atas permintaan pasar luar negeri dengan harga (saat ini) 3,5 dolar AS. Hanya 10 persen saja yang dipasarkan di dalam negeri. Di antaranya dipasarkan dengan brand Walini.
3.3.6 Produk Teh Walini
Teh Walini
Walini merupakan salah satu merek teh yang diproduksi oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII. Teh Walini diperkenalkan di Jawa Barat sejak tahun 2003 dan memenuhi standarSustainable Agriculture (Rainforest Alliance dan UTZ Certificate) yaitu sertifikasi standar pertanian organik internasional. Banyaknya produk teh yang ditawarkan oleh produsen pesaing mengharuskan PTPN VIII jeli dalam melakukan kegiatan promosi agar tujuan perusahaan dapat tercapai, apalagi pada tahun 2009 PTPN VIII memiliki agenda untuk memperluas pangsa pasarnya secara nasional dengan meningkatkan kinerja industri hilirnya hingga dua kali lipat. Oleh karena itu, PTPN VIII membutuhkan media promosi yang dapat menjangkau dan diterima oleh target audiennya secara nasional. Perancangan media promosi produk Teh Walini Organik PT Perkebunan Nusantara ini bertujuan untuk memperkenalkan Teh Walini Organik kepada target audiennya secara nasional sehingga masyarakat mengetahui keberadaan produk tersebut. Teh Walini dibuat dari bahan baku teh pilihan yang diolah tanpa campuran apapun, dengan kombinasi campuran beberapa jenis kualitas ekspor, dan dikemas secara profesional. Kemasan teh dibuat sedemikian rupa yang membuat keutuhan mutu teh terjaga. Keunggulan Teh Walini dibanding teh lainnya yang sejenis, diantaranya adalah terbuat dari bahan baku yang berkualitas ekspor dari hasil perpaduan atau kombinasi dari beberapa jenis hasil kreativitas olahan para pakar teh di Indonesia.
Daftar Produk The Walini
Teh Walini didistribusikan oleh PT. Atri Distribusindo dan Puskopkar PTPN VIII. Teh Walini terdiri dari beberapa jenis produk berupa teh celup dan teh seduh, yaitu :
1. Teh Celup Hitam Walini
2. Teh Celup Lemon Walini
3. Teh Celup Jahe Walini
4. Teh Celup Organik Walini
5. Teh Celup Hijau Jepang
6. Teh Celup Hitam Walini TB 1
7. Teh Celup Hitam Walini TB 5
8. Teh Seduh Hitam Walini
9. Teh Seduh Hijau Walini
10. Teh Hitam Kayu Manis
11. Teh Hitam Leci
12. Teh Hitam Apel
13. Teh Hitam Black Currant
14. Teh Wangi
15. Teh Hitam Mint
16. Minuman Peko Black Tea
17. Minuman Peko Green Tea
Tiap-tiap jenis produk dikemas dalam tiga bentuk kemasan yang berjumlah 1-25 buah dalam satu kemasan.
Jenis produk yang menggunakan kemasan Double Chamber yaitu: Teh Celup Hitam Walini, Teh Celup Lemon Walini, Teh Celup Jahe Walini, Teh Celup Organik Walini, Teh Celup Hijau Jepang. Yang menggunakan kemasan Single Chamber adalah: Teh Celup Hitam Walini TB 1 dan Teh Celup Hitam Walini TB 5, sedangkan teh seduh hitam dan hijau Walini menggunakan kemasan teh seduh.
Selain memproduksi Teh Walini IHT juga memproduksi Teh Gunung Mas, Teh Goalpara dan Teh Sedap.
Teh Gunung Mas didistribusikan oleh PT. Putra Monang Sejati dengan jenis produknya teh celup hitam Gunung Mas dan teh seduh hitam 50 gr, 100 gr dan 250 gr. Kemasan yang digunakan oleh teh celup hitam yaitu single chamber dengan jumlah 30 teh dalam 1 kemasan.
Teh Goalpara di didistribusikan oleh PT. Lautan Mutiara Sejati. Adapun jenis produknya yaitu Teh Celup Hitam Goalpra 25’s, Teh Celup Hitam Goalpara 100’s yang menggunakan kemasan Double Chamber, sedangkan Teh Celup Hitam Goalpara 30’s menggunakan kemasan single chamber. Selain teh hitam Goalpara juga diproduksi teh celup hijau Goalpara dengan kemasan double chamber. Selain teh celup, Goalpara juga memproduksi teh seduh hitam dan teh seduh hijau.
Teh Sedap didistribusikan oleh CV. Anugrah dengan jenis produknya adalah Teh Celup hitam dan Teh Seduh Hitam 50 gr dan 250 gr.
Pemasaran
Produk Teh Walini saat ini dapat diperoleh dengan mudah dibeberapa distributor dan toko eceran di seluruh Indonesia seperti Alfamart, Borma, Circle K, Hypermart, Lotte Mart, Lion Superindo, Yogya dan Yomart. Saat ini, gerai Walini sudah mulai ada di outlet-outlet seperti Walini Tea Gallery Jalan Dago no. 92, Stamp Factory Outlet, Oasis Factory Outlet, Bandara Husein Sastranegara, & Tahu Lembang (setiap Sabtu dan Minggu)
4.1 Sinder
4.1.1 Pengertian Sinder
Sinder adalah Orang yang diberikan tanggung jawab untuk memimpin afdeling (bagian/unit kebun) atau bagian/unit di pabrik dan berperan sebagai pembantu/membantu, bisa Membantu Manager dan Karyawan dalam melaksanakan segala jenis pekerjaan di lapangan.
Agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik seorang Sinder dituntut untuk :
1. Memiliki Keahlian dan Pengetahuan (Skill and Knowledge).Memiliki keahlian spesialis (“tahu bagaimana dan tahu kapan”) serta pengetahuan (tahu bagaimana/how, siapa /who, kapan/when, mengapa/why, apa /what dan dimana/where)
2. Kemampuan menganalis a dan memecahkan permasalahan. Seorang asisten mampu menganalisa dan memecahkan masalah dengan cara memperoleh sumber informasi yang akurat, terpercaya dan tepat waktu.
3. Kemampuan berorganisasi. Dengan keahlian dan pengetahuan yang dimilki seorang asisten, diharapkan dapat memberikan pelatihan, mengadakan evaluasi dan memperbaiki performance kerja, melakukan delegasi, bersedia melepas karyawan yang baik untuk promosi dan berani bertindak tegas atas kesalahan.
4. Memiliki Motivasi, kemampuan komunikasi dan percaya diri . Motivasi adalah sebuah program mental yang mempengaruhi hidup kita.
Tugas dan Tanggung Jawab Sinder Secara Umum
· Membantu Manager dalam :
1. Memaksimalisasi hasil perkebunan & Pengolahan
2. Merencanakan kerja harian
3. Mengoptimalisasi Sumber Daya yang ada
4. Menyediakan Informasi yang terpercaya dan tepat waktu.
· Membantu Karyawan dalam :
1. Melatih cara kerja yang benar. (doing the right things right)
2. Memotivasi Karyawan
3. Menjadi mentor/pelindung karyawan
4.1.2 Pembagian Sinder dan Tugasnya
1. Sinder Afdeling
v Di kantor Devisi (Pagi)
a. Melaksanakan lingkaran pagi (sudah berada di kantor sebelum jam 6 pagi)
b. Membetulkan penyimpangan kerja hari sebelumnyan
c. Mendata jumlah tenaga kerja pada hari tersebut untuk menentukan target minimal seluruh mandor
d. Memastikan bahan yang dibawa sesuai dengan jumlah tenaga kerja, lengkap dengan peralatan
e. Mempersiapkan transportasi yang cukup untuk angkut karyawan dan panen
f. Menyelesaikan pengecekan pekerjaan administrasi sebelum jam 07.00.
v Di lapangan
a. Paling lambat jam 07.00 sudah berada di lapangan untuk memastikan semua instruksi kerja sudah dijalankan
b. Memperagakan cara kerja yang benar (penyemprotan dan aplikasi pemupukan)
c. Periksa hasil kerja yang kemarin (kualitas & prestasi) dan bila ada penyimpangan, segera panggil mandor dan dan beri sanksi
d. Jam istirahat 10.00 – 10.15 disesuikan dengan jenis pekerjaan dilapangan
e. Jam 12.00-13.00 istirahat makan siang serta dapat memilih pekerjaan yang paling penting untuk diawasi (tetap disana)
f. Jam 13.00 -14.30 harus sudah kembali ke lapangan dan bila ada urusan penting bisa pulang lebih awal
g. Sebelum jam 14.30, memastikan ketersediaan transportasi untuk bawa karyawan pulang serta TBS ke PKS (segera men ghubungi bagian transport, bila kendaraan kurang)
v Di kantor Devisi (sore)
1. Sore hari sebelum jam kerja selesai, periksa laporan prestasi kerja
2. Waktu penerimaan laporan hasil kerja, periksa ”kewajaran” dan bila ragu tanyakan pada mandor yang bersangkutan
3. Serahkan laporan ke krani bila telah selesai laporan diperiksa dan diparaf
4. Membuat rencana kerja untuk besok hari dan persiapkan bahan yang cukup
5. Memerika kebenaran data yang telah diinput oleh krani pada pagi hari dan melanjutkan sisa pekerjaan yang belum selesai diperiksa pada pagi harinya
2. Sinder Pabrik – Sinder Proses
v Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS)
a. Memonitor penerimaan TBS yang di kirim dari Kebun,
b. Memonitor penuangan TBS dari truk ke Loading Ramp, proses perebusan (sterilization), proses penuangan TBS ke Hopper
c. Memonitor temperatur & level, Digester dan tekanan hydraulic cone
d. Memonitor losses di St. Nut & Kernel, temperatur tangki di St. Klarifikasi dan operasional Boiler
e. Memonitor penggunaan power supply dan optimalisasi pengoperasian Turbine
f. Memonitor kualitas air umpan Boiler
g. Memonitor pengoperasian unit mesin mengacu pada material balance
h. Merekomendasikan untuk dimulainya start process ke atasan dengan mengacu pada ketersediaan & kontinuitas TBS, kecukupan water supply, kecukupan tenaga kerja serta kesiapan maintenance peralatanan.
i. Mencari cara-cara baru untuk perbaikan dan peningkatan masalah mutu.
v Pengawasan
a. Memeriksa losses dan kualitas produk ( CPO dan Kernel ) dan di crosscheck dengan hasil analisa dari laboratoriumµ Memeriksa dan memastikan kelangsungan pengolahan TBS sesuai dengan Standard Operating Procedure ( SOP ) untuk mendapatkan hasil pengolahan yang optimal dan kapasitas yang sesuai.
b. Monitoring kinerja mesinµ Monitoring penggunaan budget Departemen
v Administrasi
a. Menyusun budget tahunan Departemenµ Melakukan administrasi Departemen yang meliputi : kapasitas pengolahan, jam kerja pengolahan, pemakaian air.
b. Membuat permintaan pembelian atas bahan-bahan dan peralatan kerja.
c. Membuat laporan proses pengolahan dan kerusakan mesin.
v Manajemen
a. Memonitor hasil kerja bawahan dan memberikan masukan dan umpan balik kepada atasan atas kinerja bawahan.
b. Mengidentifikasi ketidaksesuain dalam pelaksanaan pekerjaan bawahan.
c. Melakukan pembinaan, pelatihan dan pengembangan diri bawahan.
d. Melakukan evaluasi terhadap kinerja bawahan
3. Sinder Maintenance Mechanical dan Electrical
v Perawatan & Perbaikan Mesin
a. Menyusun Schedule Preventive Maintenance per mesin.
b. Menyusun historical card setiap unit mesinµ Menyusun rencana kerja harian, mingguan dan bulanan untuk perbaikan mesin.
c. Memeriksa langsung mesin-mesin yang telah di lakukan perawatan/perbaikan.
d. Melakukan perbaikan mesin di luar jadual dan rencana kerja yang telah di buatµ Menginformasikan kepada Assistant Process hasil perbaikan mesin untuk di lakukan pengoperasian kembali.
e. Memeriksa hasil processing untuk mengetahui hasil kinerja mesin.
v Administrasi
a. Menyusun budget tahunan Departemenµ Melakukan administrasi Departemen
b. Memeriksa posisi stock peralatan dan spareparts agar kondisi sediaan sesuai dengan kebutuhan.
v Manajemen
a. Memonitor hasil kerja bawahan.
b. Mengidentifikasi ketidaksesuain dalam pelaksanaan pekerjaanµ Secara konsisten melakukan pembinaan, pelatihan dan pengembangan diri bawahan untuk meningkatkan kemampuan.
c. Melakukan evaluasi terhadap kinerja bawahan.
4. Sinder Laboratorium
v Analisa Kualitas TBS
a. Memonitor dan memeriksa TBS yang di kirim dari Kebun untuk keperluan grading.
b. Memonitor pelaksanaan grading untuk mengetahui kualitas TBS yang di kirim.
c. Memastikan bahwa pelaksanaan grading telah di lakukan dengan benar dan akurat
v Analisa pelaksanaan proses pengolahan TBS
a. Memeriksa pengambilan sample CPO dan Kernel yang di lakukan oleh petugas sample untuk memastikan bahwa sampale yang di ambil sesuai dengan : titik pengambilan, waktu pengambilan dan jumlahnya.
b. Memonitor pelaksanaan pencampuran/quartering dari sample yang di ambil untuk mendapatkan sample yang representatif untuk di analisa.
c. Memonitor pelaksanaan sortering & analisa sample untuk memastikan bahwa proses sorter dan analisa berjalan sesuai ketentuan.
d. Memonitor pemberitahuan hasil analisa kehilangan (losses) dan mutu hasil produksi (product quality) ke setiap station.
v Analisa solar, CPO dan Kernel
a. Memonitor hasil analisa solar yang di lakukan analis untuk mengetahui berat jenis.
b. Memonitor pemeriksaan hasil analisa oil dan kernel yang di kirim.
c. Memonitor kadar air dalam tangki minyakµ Memonitor kualitas CPO (moisture, impurities,FFA, DOBI ) dan kernel ( moisture, impurities, broken kernel ).
v Analisa Oil Content dan Nut Histogram
a. Melakukan analisa oil content untuk mengetahui kandungan minyak dalam TBS sebagai acuan terhadap pencapaian rendemen.
b. Melakukan analisa nut histogram untuk mengetahui ukuran nut yang paling dominan sebagai rekomendasi setting di Ripple Mill dan LTDS ( Light Tenerra Dry Separation ).
v Pemakaian Bahan & Alat
a. Menyusun perencanaan & me monitor pemakaian bahan dan alat laboratoriumµ Memonitor kualitas air umpan Boiler.
b. Memonitor penggunaan bahan kimia Boilerµ Melakukan analisa dan monitoring air limbah (final effluent)
v Administrasi
a. Menyusun budget tahunan Departemen.
b. Melakukan administrasi Departemenµ Bersama-sama dengan Assistant Process & Kepala Administrasi melakukan perhitungan produksi harian.
v Manajemen
a. Memonitor hasil kerja bawahan
b. Mengidentifikasi ketidaksesuain dalam pelaksanaan pekerjaan
c. Secara konsisten melakukan pembinaan, pelatihan dan pengembangan diri bawahan untuk meningkatkan kemampuanµ Melakukan evaluasi terhadap kinerja bawahan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih. Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen.
Limbah Padat adalah Hasil Buangan Industri Berupa Padatan, Lumpur Atau Bubur Yang Berasal Dari Suatu Proses Pengolahan (Daryanto, 1995). Sumber Limbah Padat antara lain: Pabrik Gula, Pabrik Teh, Pulp, Kertas Dll.
PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di wilayah Jawa Barat dari eks PTP XI, PTP XII dan PTP XIII. Perusahaan ini mengelola dan mengembangkan usaha agribisnis dan agroindustri serta usaha-usaha terkait lainnya, dan terus-menerus mempertahankan dan mengembangkan kesinambungan perusahaan yang sehat untuk dapat bersaing di pasar global.
Nama Walini diproduksi oleh PT Perkebunan Nusantara VIII diambil dari nama perkebunan Walini di dataran tinggi pegunungan Priangan Jawa Barat. Teh terbuat dari daun teh pilihan yang dikembangkan tanpa memakai pestisida maupun bahan kimia yang lain dan memenuhi standar.
Sinder adalah Orang yang diberikan tanggung jawab untuk memimpin afdeling (bagian/unit kebun) atau bagian/unit di pabrik dan berperan sebagai pembantu/membantu, bisa Membantu Manager dan Karyawan dalam melaksanakan segala jenis pekerjaan di lapangan.
4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi panduan ataupun penunjang bagi pemahaman tentang PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Walini dalam proses pembelajaran baik diluar maupun didalam lingkup pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Supli. 2000. Pengendalian Erosi Tanah. Jakarta: Bumi Aksara.
Hartanto, Anton, 2001. Sistem Infomasi Geografi dengan Menggunakan Mapa Praktikum, Bandung: Jurusan Geografi FPIPS UPI.
sumber: http://debusosial.blogspot.co.id/2015/12/makalah-teh-walini.html
No comments:
Post a Comment