Thursday, October 26, 2017

rumah adat dan penjelasannya

1 Nanggroe Aceh Darussalam
Rumoh Aceh


Rumah Aceh atau Rumoh Aceh merupakan bentuk tempat kediaman orang Aceh tempo dulu dan sekarang hampir hilang, hanya tersisa di beberapa tempat saja di Aceh. rumah ini telah diabadikan di Banda Aceh ( komplek Kantor Museum Aceh) dan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) serta Rumah Cut Nyak Dhien yang ada di Desa Lampisang, 10 km dari pusat Kota Banda Aceh. Di dalam Rumah Aceh yang terletak di komplek Museum Aceh banyak terdapat barang-barang peninggalan tempo dulu yang sering digunakan oleh orang Aceh diantaranya pedeung on jok, jingki, guci,Berandam atau Tempat menyimpan padi dll. Jika anda ke Banda Aceh jangan lupa untuk datang mengunjungi dan saksikan keadaan rumah Adat Aceh tempo dulu. Rumah Aceh ini terdiri dari 44 tiang dan mempunyai 2 tangga depan dan belakang.

2 Sumatera Utara
Rumah Balai Batak Toba


Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera Utara. Rumah ini terbagi atas dua bagian yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon.Jabu parsakitan adalah tempat penyimpanan barang. tempat ini juga terkadang dipakai sebagai tempat untuk pembicaraan terkait dengan hal-hal adat.Jabu bolon adalah rumah keluarga besar.Rumah ini tidak memiliki sekat atau kamar sehingga keluarga tinggal dan tidur bersama.Rumah Balai Batak Toba juga dikenal sebagai Rumah Bolon.Bagi masyarakat Batak, rumah ini tampak seperti seekor kerbau yang sedang berdiri.Pembangunan rumah adat suku Batak ini dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Batak.Rumah ini berbentuk seperti rumah panggung yang disangga oleh beberapa tiang penyangga.Tiang penyangga rumah biasanya terbuat dari kayu.Rumah Balai Batak Toba mempunyai bahan dasar dari kayu.Menurut kepercayaan masyarakat Batak, rumah ini terbagi ke dalam tiga bagian yang mencerminkan dunia atau dimensi yang berbeda-beda.Bagian pertama yaitu atap rumah yang diyakini mencerminkan dunia para dewa.Bagian kedua yaitu lantai rumah yang diyakini mencerminkan dunia manusia.Bagian yang ketiga adalah bagian bawah rumah atau kolong rumah yang mencerminkan dunia kematian.


3 Sumatera Barat
Rumah Gadang
Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjuang
Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di sumatra barat, Namun tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.

4 Riau
Balai Salaso Jatuh  atau   Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar
Riau Berbagi - Rumah Selaso Jatuh Kembar merupakan bangunan seperti rumah adat tapi fungsinya bukan untuk tempat tinggal melainkan untuk musyawarah atau rapat secara adat. Rumah Selaso Jatuh Kembar sering disebut juga dengan nama Balai salaso jatuh oleh warga melayu Riau

5 Kepulaua Riau
Rumah Melayu Atap Limas Potong
Limas Potong adalah salah satu bentuk rumah tradisional masyarakat melayu Riau Kepulauan. Rumah Limas Potong ini berbentuk rumah panggung dan memiliki ciri khas sebagaimana rumah tradisional di Sumatra pada umumnya. Tinggi rumah ini sekitar 1,5 meter dari atas permukaan tanah. Dinding rumah terbuat dari susunan papan warna coklat, sementara atapnya berupa seng warna merah. Kusen pintu, jendela serta pilar anjungan depan rumah dicat minyak warna putih. dengan bagian atap menyerupai sebuah limas yang terpotong.

6 Jambi
Rumah Panggung Kajang Leko
Rumah Panggung Kajang Leko merupakan konsep arsitektur dari Marga Bathin. Hingga sekarang orang Bathin tetap mempertahankan adat istiadat yang ditinggalkan oleh pendahulu mereka, bahkan peninggalan Kajang Leko pun masih dapat dinikmati keindahannya dan masih dipergunakan hingga kini. Salah satu perkampungan Bathin yang masih utuh hingga sekarang adalah Kampung Lamo di Rantau Panjang.
Rumah Panggung Kajang Leko memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran kurang lebih 12 meter x 9 meter. Keunikannya terletak pada struktur konstruksi & seni ukiran yang menghiasi bangunan.
Konstruksi bubungan atap rumah dinamakan "gajah mabuk" diambil dari cerita nama si pembuat rumah yang mebuk cinta namun tidak disetujui. Bubungan tersebut dibuat melengkung ke atas menyerupai perahu dinamakan "jerambah" atau "lipat kajang" dengan atap bagian atas dinamakan kasau, terbuat dari anyaman ijuk yang dilipat dua untuk mencegah air masuk ke dalam rumah.

7 Bengkulu
Rumah Bubungan Lima
 Rumah Adat Bengkulu / Bengkulu merupakan salah satu provinsi termuda di Indonesia yang baru ditetapkan pada 18 November 1968 menjadi provinsi ke 26 di Nusantara. Kendati masih terbilang muda, bukan berarti budaya masyarakat provinsi yang dikenal karena bunga Raflesia-nya ini masih tergolong terbelakang. Budaya masyarakat Bengkulu telah tumbuh dan berkembang bahkan sejak zaman kerajaan Indrapura berkuasa pada abad 17. Perkembangan budaya Bengkulu tersebut salah satunya ditandai dengan adanya beragam ikon etnik seperti rumah adat Bengkulu yang bernama Rumah Bubungan Lima.

8 Sumatera Selatan
Rumah Limas
Rumah Limas merupakan prototipe rumah tradisional Sumatra Selatan. Selain ditandai dengan atapnya yang berbentuk limas, rumah tradisional ini memiliki lantai bertingkat-tingkat yang disebut Bengkilas dan hanya dipergunakan untuk kepentingan keluarga seperti hajatan. Para tamu biasanya diterima diteras atau lantai kedua.
Bahan rumah 
Kebanyakan rumah limas luasnya mencapai 400 sampai 1000 meter persegi atau lebih, yang didirikan diatas tiang-tiang dari kayu unglen atau ulin yang kuat dan tahan air. Dinding, pintu dan lantai umumnya terbuat dari kayu tembesu. Sedang untuk rangka digunakan kayu seru. Setiap rumah, terutama dinding dan pintu diberi ukiran.

9 Bangka Belitung
Rumah Rakit


Rumah rakit dibuat dengan bahan utama adalah bambu. Bambu manyan adalah jenis bambu yang digunakan sebagai pelampung rumah rakit. Selain tahan lama juga bentuknya yang besar-besar sehingga banyak dipergunakan untuk rumah rakit. Selain bambu, rumah rakit juga sebagian menggunakan balok kayu sebagai pelampung. Untuk dinding rumah digunakan papan kayu, sedangkan atap rumah rakit dibuat dari ulit yaitu semacam daun yang dianyam. Untuk menyatukan bahan-bahan rumah tersebut dipergunakan rotan. Rotan kecil digunakan untuk mengikat atap rumah sedangkan rotan yang berukuran lebih besar digunakan untuk mengikat bambu / balok yang berfungsi sebagai pelampung / rakit rumah.

10 Lampung
Rumah Adat Nuwou Sesat Nuwou
Rumah Adat Nuwou Sesat Nuwou berasal dari bahasa Lampung yang berarti tempat ibadah seperti masjid, musholla, surau, Rang Ngaji atai Pok Ngajei. Persamaan kata Nuwou adalah Lamban, Lambahana yang berarti tempat tinggal. Sedangkan Sesat atau juga disebut Bantaian adalah bangunan tempat bermusyawarah dan penyimpanan bahan makanan

11 Jawa Barat
Rumah Kasepuhan
Rumah adat Kasepuhan disebut juga dengna Keraton Kasepuhan. Didirikan oleh Pangeran Cakrabuana sekitar tahun 1529. Beliau merupakan putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran. Keraton ini merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati, yang merupakan keraton yang telah ada sebelumnya.

12 Banten Rumah
Rumah adat Banten adalah rumah panggung yang beratapkan daun atap dan lantainya dibuat dari pelupuh yaitu bambu yang dibelah-belah. Sedangkan dindingnya terbuat dari bilik (gedek). Untuk penyangga rumah panggung adalah batu yang sudah dibuat sedemikian rupa berbentuk balok yang ujungnya makin mengecil seperti batu yang digunakan untuk alas menumbuk beras. Rumah adat ini masih banyak ditemukan di daerah yang dihuni oleh orang Kanekes atau disebut juga orang Baduy

13 DKI Jakarta
Rumah Kebaya
Rumah kebaya merupakan sebuah nama rumah adat suku Betawi.Disebut dengan rumah kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang menyerupai pelana yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat seperti lipatan kebaya.Selain Rumah Kebaya, suku Betawi juga memiliki rumah adat lainnya. Seperti : Rumah Gudang dan Rumah Joglo.Meskipun suku Betawi memiliki 3 rumah adat akan tetapi yang tercatat secara resmi menjadi rumah adat suku Betawi adalah rumah kebaya
Ciri khas dari rumah ini adalah rumah ini memiliki teras yang luas yang berguna untuk menjamu tamu dan menjadi tempat bersantai keluarga.Pada zaman dahulu, masyarakat betawi membuat sumur di depan rumahnya dan pemakaman yang berada disamping rumah.Dan, dinding rumahnya terbuat dari panel-panel yang dapat dibuka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini dimaksudkan agar rumah terasa lebih luas.

14 Jawa Tengah
Rumah Joglo
Rumah joglo merupakan rumah adat Jawa Tengah yang dibangun berlandaskan keyakinan atau filosofi jawa. Penyebutan rumah joglo terjadi akibat bentuk atap rumah joglo yang menyerupai dua gunung atau taJUG LOro (JUGLO) dan berkembang penyebutannya menjadi Joglo. Penggunaan gunung diyakini oleh masyarakat Jawa saat itu sebagai tempat suci atau rumah para dewa.

15 D.I. Yogyakarta
Rumah Joglo


Rumah joglo merupakan rumah yang dibangun berlandaskan keyakinan atau filosofi jawa. Penyebutan rumah joglo terjadi akibat bentuk atap rumah joglo yang menyerupai dua gunung atau taJUG LOro (JUGLO) dan berkembang penyebutannya menjadi Joglo. Penggunaan gunung diyakini oleh masyarakat Jawa saat itu sebagai tempat suci atau rumah para dewa.

16 Jawa Timur
Rumah Joglo

Rumah joglo merupakan rumah yang dibangun berlandaskan keyakinan atau filosofi jawa. Penyebutan rumah joglo terjadi akibat bentuk atap rumah joglo yang menyerupai dua gunung atau taJUG LOro (JUGLO) dan berkembang penyebutannya menjadi Joglo. Penggunaan gunung diyakini oleh masyarakat Jawa saat itu sebagai tempat suci atau rumah para dewa.

17 Kalimantan Barat
Rumah Panjang
Rumah Panjang adalah salah satu rumah adat dari daerah Kalimantan Barat.Rumah Panjang adalah ciri khas dari masyarakat Dayak yang tinggal di daerah Kalimantan Barat.Hal ini dikarenakan rumah panjang adalah gambaran sosial kehidupan masyarakat Dayak di Kalimantan Barat.Rumah panjang juga merupakan pusat kehidupan dari masyarakat Dayak.Saat ini, rumah panjang di Kalimantan Barat dapat dikatakan hampir punah karena jumlahnya yang sedikit.Pada tahun 1960, pemerintah menghancurkan beberapa rumah panjang karena dicurigai menganut paham komunis.Rumah panjang di daerah Kalimantan Barat identik dengan rumah panjang yang ada di Kalimantan Tengah.Hal ini dikarenakan letak geografi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang sangat berdekatan.Keduanya sama-sama dikenal dengan nama Rumah Betang

18 Kalimantan Tengah
Rumah Betang
Rumah betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat diberbagai penjuru Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat permukiman suku Dayak.
Ciri-ciri Rumah Betang yaitu yaitu bentuk panggung dan memanjang. Panjangnya bisa mencapai 30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter. Setiap Rumah Betang dihuni oleh 100-150 jiwa, Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang [Pambakas Lewu].

19 Kalimantan Utara
Rumah Baloy

Rumah adat terkenal dari masyarakat Kalimantan Utara disebut Rumah Baloy. Rumah adat ini merupakan hasil kebudayaan seni arsitektur dari masyarakat suku Tidung, Kalimantan Utara. Seperti suku lainnya, suku Tidung ini mempunyai kebudayaan dan model rumah adat sendiri. Walaupun rumah adat ini masih menggunakan sejumlah tiang tinggi pada bagian bawahnya, bentuk bangunan rumah adat ini terlihat lebih modern dan modis. Diduga rumah adat ini adalah hasil pengembangan arsitektur Dayak dari Rumah Panjang (Rumah Lamin) seperti yang dihuni oleh suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur.

20 Kalimantan Timur
Rumah Lamin
Rumah Lamin adalah rumah adat dari Kalimantan Timur.Rumah Lamin adalah identitas masyarakat Dayak di Kalimantan Timur.Rumah Lamin mempunyai panjang sekitar 300 meter, lebar 15 meter, dan tinggi kurang lebih 3 meter.[1] Rumah Lamin juga dikenal sebagai rumah panggung yang panjang dari sambung menyambung.Rumah ini dapat ditinggal oleh beberapa keluarga karena ukuran rumah yang cukup besar.Salah satu rumah Lamin yang berada di Kalimantan Timur bahkan dihuni oleh 12 sampai 30 keluarga.Rumah Lamin dapat menampung kurang lebih 100 orang.Pada tahun 1967, rumah Lamin diresmikan oleh pemerintah Indonesia

21 Kalimantan Selatan
Rumah Baanjung
Rumah Baanjung. Dalam bahasa Banjar, ba-anjung berarti beranjung atau bersayap. Hal ini terlihat dari adanya sayap bangunan yang menjorok dari samping kiri dan kanan bangunan utama. Sayap ini merupakan bangunan tambahan di kanan kiri rumah. Kayu ulin, kayu lanan, dan kayu damar putih merupakan material utama yang digunakan dalam konstruksi dan bangunan rumah adat Kalimantan Selatan ini. Bagian depan rumah menggunakan papan kayu ulin, sedangkan bagian samping dan belakang menggunakan papan kayu lanan dan kayu damar putih

22 Bali Gapura
Candi Bentar
Gapura Candi Bentar terdiri dari dua bangunan candi yang memiliki bentuk identik dan diletakkan sejajar sebagai gerbang utama untuk masuk menuju halaman area rumah atau pintu gerbang terluar, biasanya merupakan pintu masuk utama suatu Pura atau tempat ibadah umat Hindu di Bali. Walaupun memiliki bentuk yang identik dengan posisi yang sejajar, gapura ini diletakkan terpisah satu dengan lainnya tanpa penutup pada bagian atap persis seperti satu bagian menghadap cermin dan membuat bangunan menjadi identik. Meskipun tidak memiliki atap, namun gapura ini masih terhubung satu sama lain dengan adanya pagar besi dan sejumlah anak tangga pada bagian bawah. Selain candi, di sekitar gapura biasanya terdapat berbagai patung sebagai lambang dari adat budaya Bali. Bangunan ini juga memiliki julukan gerbang terbelah, karena bentuk bangunannya seolah menggambarkan satu bangunan candi yang dibelah menjadi dua.

23 Sulawesi Utara
Laikas
Rumah Laikas adalah rumah adat dari Provinsi Sulawesi Tenggara. Rumah adat Laikas  atau yang juga dikenal dengan Malige merupakan rumah adat Provinsi Sulawesi Tenggara yang pada umumnya berbentuk panggung, besar dan megah. Bentuk rumah adat laikas adalah persegi panjang layaknya istana raja.
Uniknya rumah adat laikas atau malige ini tidak menggunakan bahan logam seperti paku, akan tetapi rumah adat laikas atau malige ini menggunakan bahan 100% dari alam yaitu  kayu dan atapnya terbuat dari rumbai alang-alang/nipah. Balok kayu digunakan sebagai tiang, sedangkan dinding / badan rumah dari papan. Sedangkan untuk menyatukan semua bahan bangunan digunakan pasak kayu atau serat kayu.

24 Gorontalo
Rumah Adat Doloupa
Rumah adat ini berbentuk rumah panggung yang badannya terbuat dari papan dan struktur atap bernuansa daerah Gorontalo. Selain itu rumah adat Dulohupa juga dilengkapi pilar-pilar kayu sebagai hiasan serta lambang dari rumah adat Gorontalo dan memiliki dua tangga yang berada di bagian kiri dan kanan rumah adat yang menjadi symbol tangga adat atau disebut tolitihu.

Rumah adat Dulohupa dibangun berupa rumah panggung. Hal ini dilakukan sebagai penggambaran dari badan manusia yaitu atap menggambarkan kepala, badan rumah menggambarkan badan, dan  pilar penyangga rumah menggambarkan kaki. Selain itu bentuk rumah panggung juga dipilih untuk menghindari terjadinya banjir yang kala itu sering terjadi.

25 Sulawesi Tengah
Souraja atau Rumah Raja atau Rumah Besar
rumah adat Banua oge atau Souraja yang berasal dari Palu Sulawesi Tengah. Rumah adat Sou raja dahulu berfungsi sebagai tempat tinggal para raja dan keluarga. Selain itu rumah adat tersebut juga sebagai pusat pemerintahan kerajaan. Pembangunan Sou Raja ini atas prakarsa Raja Yodjokodi pada sekitar abat 19 masehi.
Bangunan Banua Oge atau Sou Raja adalah bangunan panggung yang memakai konstruksi dari kayu dan dengan paduan arsitektur bugis dan kaili. Luas keseluruhan Banua Oge atau Sou Raja adalah 32x11,5 meter. Tiang pada bangunan induk berjumlah 28 buah dan bagian dapur 8 buah. Atapnya berbentuk piramide segitiga, bagian depan dan belakang atapnya ditutup dengan papan yang dihiasi dengan ukiran disebut panapiri dan pada ujung bubungan bagian depan dan belakang diletakkan mahkota berukir disebut bangko-bangko.

26 Sulawesi Barat
Rumah Boyang
rumah Boyang juga merupakan rumah berstruktur panggung yang disusun dari material kayu-kayuan. Rumah adat Sulawesi Barat ini ditopang oleh tiang-tiang dari kayu balok berukuran besar setinggi 2 meter. Tiang-tiang tersebut menopang lantai sekaligus atap rumah. Tiang tidak ditancapkan ke tanah, melainkan ditumpangkan pada sebuah batu datar untuk mencegah kayu cepat melapuk. Mengingat strukturnya yang berupa rumah panggung, rumah adat suku Mandar ini juga dilengkapi dengan 2 buah tangga, satu di bagian depan dan satu lagi di belakang rumah. Tangga-tangga tersebut memiliki anak tangga yang berjumlah ganjil, biasanya antara 7 sd 13 buah dan dilengkapi dengan pegangan di sisi kanan dan kirinya.

27 Sulawesi Selatan
Rumah Adat Tongkonan
Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja. Atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur.berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (stara sosial Masyarakat Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem (banga) saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari (disebut pa'bare' allo), yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.

28 Sulawesi Tenggara
Rumah Adat Laika

Rumah adat suku Tolaki disebut dengan Laika (Konawe) yang memiliki pengertian yaitu rumah. Rumah adat ini berukuran besar berbentuk segiempat dengan material kayu sebagai bahan dasarnya. Bangunan ini terdiri dari atap dan lantai yang ditopang oleh banyak tiang-tiang berukuran besar dengan tinggi sekitar 20 kaki dari dasar tanah.

29 Nusa Tenggara Barat
Dalam Loka Samawa
Rumah Dalam Loka merupakan desain asli rumah kediaman raja-raja Sumbawa di silam,Dalam Loka sendiri berasal dari 2 kata dalam bahasa Sumbawa, yakni “Dalam” yang berarti “Istana” dan “Loka” yang berarti “Dunia. Penamaan tersebut sesuai dan fungsi rumah adat ini yang memang digunakan untuk pusat pemerintahan dan kediaman raja-raja Sumbawa pada masa silam. Sesuai dengan fungsi tersebut, rumah adat NTB ini memiliki desain yang cukup besar. Bangunan yang luasnya mencapai ini berdiri dengan ditopang oleh 99 tiang yang melambangkan 99 sifat Alloh (asmaul husna) dalam ajaran Islam. Tiang-tiang penyangga mampu menopang tegaknya rumah yang terbagi menjadi 2 ukuran sama besar (kembar) yang bernama Bala Rea atau Graha Besar. Dalam Graha Besar ini ada beberapa ruangan yang dipisahkan dinding penyekat sesuai dengan fungsi dan namanya masing-masing

30 Nusa Tenggara Timur
Sao Ata Mosa Lakitana
Rumah adat asli Timor ini  mempunyai bentuk seperti bulat telur dan tanpa tiang. Di dalam rumah adat ini terdapat suatu tempat suci untuk arwah nenek moyang yang pada saat-saat tertentu selalu diberi sesaji.

31 Maluku
Rumah Baileo
Rumah Baileo adalah rumah adat Maluku dan Maluku Utara, Indonesia.Rumah Baileo merupakan representasi kebudayaan Maluku dan memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat.Rumah Baileo adalah identitas setiap negeri di Maluku selain Masjid atau Gereja.Baileo berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat, sekaligus sebagai balai warga.Ciri utama rumah Baileo adalah ukurannya besar, dan memiliki bentuk yang berbeda jika dibandingkan dengan rumah-rumah lain di sekitarnya

32 Maluku Utara 
Rumah Adat Sasadu

Rumah adat Sasadu merupakan rumah adat yang diwariskan oleh leluhur suku Sahu di Pulau Halmahera Barat, Maluku Utara.  Sasadu berasal dari kata Sasa – Sela – Lamo atau besar dan Tatadus – Tadus atau berlindung, sehingga Sasadu memiliki arti berlindung di rumah besar. Rumah adat Sasadu memiliki bentuk yang simpel atau sederhana yaitu berupa rumah panggung yang dibangun menggunakan bahan kayu sebagai pilar atau tiang penyangga yang berasal dari batang pohon sagu, anyaman daun sagu sebagai penutup atap rumah adat dan memiliki dua pijakan tangga terletak di sisi kiri dan kanan

33 Papua Barat
Honai
Rumah Honai sendiri sebutan bagi rumah para pria Papua dewasa yang berbentuk seperti kerucut dan dibangun dari material yang murni 100% dari alam. Berdasarkan fungsinya sendiri, rumah Honai dapat dibedakan menjadi 3, yaitu rumah bagi Pria (yang disebut Honai), rumah bagi wanita (Ebei), dan rumah yang khusus digunakan untuk kandang hewan atau babi (Wamai). Ketiga jenis rumah Honai ini dari strukturnya terlihat sama persis, hanya saja untuk rumah yang dikhususkan bagi pria ukurannya biasanya lebih tinggi.

34 Papua / Irian Jaya
Honai
Honai adalah rumah khas Papua yang dihuni oleh Suku Dani. Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai mempunyai pintu yang kecil dan tidak memiliki jendela. Sebenarnya, struktur Honai dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua.
Honai terdiri dari 2 lantai yaitu lantai pertama sebagai tempat tidur dan lantai kedua untuk tempat bersantai, makan, dan mengerjakan kerajinan tangan. Karena dibangun 2 lantai, Honai memiliki tinggi kurang lebih 2,5 meter. Pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).

========================================================================

rumah adat dan penjelasannya,pakaian adat di indonesia,rumah adat 34 provinsi beserta penjelasannya,kliping rumah adat,senjata adat,gambar,rumah adat jawa,sketsa rumah adat,tarian adat

No comments:

Post a Comment

Electro Electro